Senin, 25 Mei 2015

DI BALIK ANGKA ENAM, DUA DAN SEMBILAN


Dua, enam dan sembilan


Dibuatnya lingkaran tak sempurna, kemudian dari bagian atas lingkaran dibentuknya sebuah lengkungan. "Pertama buat dulu perutnya, terus bikin garis lagi di atasnya. Angka enam, seperti itu" dijelaskannya bentuk yang dibuatnya. Bagiku itu nampak seperti bentuk buah apel lengkap dengan tangkainya, tapi baginya itu adalah bentuk angka enam.

Dibentuknya garis melengkung setengah lingkaran, dilengkungkannya dari kanan ke kiri. Bentuknya hampir menyerupai tanda tanya. "Ini angka dua" jelasnya. Belum sempat kutuliskan bentuk angka dua untuk mengoreksinya, dia ternyata masih akan menambahkan garis lagi. Pada ujung sebelah kanan garis lengkung, dia menyambungkan sebuah garis yang menyerupai huruf L. Bentuk angka dua kemudian muncul. Tangan tak terlatihnya membuat angka dua dengan cara yang samasekali berbeda. Aku tersenyum lalu tertawa. Aku menyadari bagaimana sebuah hasil yang sama dapat diperoleh dengan cara yang berbeda. Bagaimana sebuah proses yang unik akan menjadi nilai tambah sebuah produk. Aku mengagumi caranya membuat angka dua melebihi cara siapapun yang pernah kulihat.

"Ajar Noel, cara bikin angka sembilan" mintanya polos. 
"Pertama buat dulu lingkaran" kataku
"Dibuat perutnya seperti angka enam?" tanyanya sambil membuat bentuk sebuah lingkaran
"Iya. Terus dikasih ekor" kataku mencoba menyesuaikan penjelasan dengan imajinasi mudanya.
"Begini?" tanyanya sambil membuat lengkungan dari bagian bawah lingkaran yang disebutnya dengan istilah perut.
"Horee...berhasil. Nah itu angka sembilan, mirip angka enam terbalik" kucoba menantang imajinasinya. Diputarnya kertas dihadapannya sehingga angka sembilan yang dibuatnya sekarang menjadi bentuk angka enam. Dereta kalimat tanya kemudian bertubi-tubi keluar dari mulutnya. Aku tertawa, bukan karena pertanyaannya tapi karena aku harus menguras perbendaharaan kosakata yang telah kupelajari seumur hidup untuk menjawab pertanyaannya yang terdengar sederhana. Tapi ketika dia menanyakan bentuk apostrof yang kugunakan, tidak ada cara lain selain menjelaskannya dengan istilah sebenarnya. Otaknya memang masih muda, tapi jangan pernah menganggap enteng kemampuan otak anak-anak. Terkadang sebuah penjelasan yang tidak tepat dan tersimpan dalam memori jangka panjang mereka, akan menyesatkan pemahaman mereka.

Noel terus berceloteh, bertanya ratusan pertanyaan, tertawa, matanya selalu nampak jenaka, polos dan penuh kebahagiaan serta rasa ingin tahu. Ketika lelah dia mulai bermanja-manja minta digendong. Ketika dia memelukku sambil melingkarkan kedua tangannya di leherku, kurasakan perasaan bahagia. Mulai kupahami setitik kebahagiaan para orangtua. Ketika bagiku, membuat sebuah tulisan adalah sebuah terapi pikiran, bagi para orangtua, sebuah pelukan dari buah hati mereka mampu mengobati lelahnya tubuh dan pikiran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOLLOWER

READ MORE